Selasa, 17 Mei 2011

Pemajakan terhadap Sumber Laba dari Luar Negeri dan Pemajakan Ganda

Setiap negara mengklaim untuk mengenakan pajak terhadap laba yang dihasilkan di dalam wilayahnya. Namun demikian, filosofi nasional atas pengenaan pajak terhadap sumber-sumber dari luar negeri itu berbeda-beda dan ini merupakan hal yang penting dari sudut pandang seorang perencana pajak.

Kredit Pajak Luar Negeri

Berdasarkan prinsip pemajakan seluruh dunia, laba luar negeri yang diperoleh sebuah perusahaan domestik terkena pajak yang dikenakan secara penuh baik di negara tuan rumah maupun negara asal. Ununk menghindari keengganan kalangan usaha untuk berekspansi ke luar negeri dan untuk mempertahankan konsep netralisasi luar negeri, tempat domisili induk perusahaan (negara tempat kedudukan) dapat memilih untuk memperlakukan pajak luar negeri yang dbayarkan sebagai kredit terhadap kewajiban pajak domestik induk perusahaan atau deduksi sebagai pengurang atas penghasilan kena pajak.

Kreditor pajak luar negeri dapat dihitung sebagai kredit langsung atas pajak penghasilan yang dibayarkan atas laba cabang atau anak perusahaan dan setiap pajak yang dipungut pada sumbernya seperti dividen, bunga, dan royalti yang dikirimkan kembali kepada investor domestik. Kredit pajak juga dapat diperkirakan jika jumlah pajak penghasilan luar negeri yang dibayarkan tidak terlampau jelas (ketika anak perusahaan luar negeri mengirimkan sebagian laba yang bersumber dari luar negeri kepada induk usaha domestik).

Dividen yang dilaporkan dalam surat pemberitahuan pajak induk perusahaan harus dihitung kotor (gross – up) untuk mencakup jumlah pajak ditambah seluruh pajak pungutan luar negeri yang berlaku. Artinya induk perusahaan domestik menerima dividen yang didalamnya termasuk pajak terutang kepada pemerintah asing dan kemudian membayar pajak itu.

Kredit Pajak Tidak Langsung luar negeri yang diperbolehkan (pajak penghasilan luar negeri yang dianggap terbayar) ditentukan dengan cara sebagai berikut :

Pembayaran dividen (termasuk seluruh pajak pungutan) / Laba setelah pajak penghasilan luar negeri X pajak asing yang dapat dikreditkan.

Pembatasan Kredit Pajak

Beberapa negara mengenakan pajak atas sumbernya dengan kredit pajak untuk sumber pajak luar negeri tersebut maksimum sebesar pajak domestik terkait yang dapat dikenakan atas laba itu.

Kewajiban pajak maksimum adalah mana yang lebih tinggi antara tarif pajak di negara tuan rumah atau negara asal. Untuk mencegah agar kredit pajak luar negeri dapat menghapuskan pajak atas sumber penghasilan domestik, banyak negara menetapkan batasan umum atas jumlah pajak luar negeri yang dapat dikreditkan setiap tahunnya. Kredit luar negeri adalah dapat dihitung sebagai berikut :

Batasan kredit pajak Luar Negeri = Penghasilan kena pajak / pajak penghasilan di seluruh dunia X Pajak sebelum kredit.

Pembatasan kredit pajak luar negeri tersendiri berlaku untuk pajak AS atas sumber pajak penghasilan luar negeri untuk masing-masing jenis penghasilan berikut ini :

1. Pendapatan pasif (contoh; pendapatan dari investasi)

2. Pendapatan jasa keuangan

3. Pendapatan pajak pungutan yang tinggi

4. Pendapatan transportasi

5. Dividen dari masing-masing perusahaan luar negeri dengan porsi kepemilikan sebesar 10% hingga 50% luar negeri tersendiri berlaku untuk pajak AS atas

Perjanjian Pajak

Meskipun kredit pajak luar negeri melindungi sumber pajak luar negeri dari pengenaan pajak ganda (dalam beberapa hal tertentu), perjanjian pajak dapat melakukan lebih dari itu.

Perjanjian pajak biasanya berisikan bagaimana pajak dan insentif pajak yang akan dikenakan, dihormati, dibagi, atau yang lain dihapuskan terhadap pendapatan usaha yang dihasilkan oleh warga negar dari negara lain di satu wilayah yurisdiksi pajak.

Perjanjian pajak juga berpengaruh pada pajak pungutan atas dividen, bunga, royalti yang dibayarkan oleh perusahaan di satu negara kepada pemegang saham asing.

Pertimbangan Mata Uang Asing

Keuntungan atau Kerugian transaksi dalam mata uang selain mata uang fungsional secara umum dicatat berdasarkan sudut pandang duan transaksi. Berdasarkan pendekatan ini, setiap keuntungan atau kerugian transasksi yang memenuhi syarat sebagai pelindung nilai transaksi dalam mata uang asing tertentu dapat diintegrasikan dengan transaksi yang mendasari.

Sumber :

Choi, Frederick D. S. Dan Meek, Gary K. 2005. Akuntansi Internasional-Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba.

Senin, 25 April 2011

Lindung Nilai atas Aktiva, Kewajiban yang Diakui atau Komitmen Perusahaan yang Belum Diakui

Keuntungan atas kontrak forward secara efektif telah mengimbangi devaluasi nilai peso. Perkiraan margin kotor dan laba operasi dapat dibuat. Diskon kontrak forward merupakan biaya atas lindung nilai risiko valas. Perlakuan akuntansi yang sama dapat terjadi jika eksportir kanada tersebut melakukan perjanjian penjualan pada tanggal 1 September untuk mengirimkan barang dan menerima pebayaran sebesar Rp 1.000.000 dari importir Meksiko dalam 3 bulan ke depan, dan untuk mengirimkan barang segera dan menunggu beberapa saat untuk menerima pembayaran. Jenis kontrak wajib ini dikenal sebagai komitmen mata uang asing.

Di lain pihak, tampilan di atas juga dapat terjadi dalam bentuk perkiraan akan dilakukan penjualan ekspor. Harapan ini bukanlah hasil dari transaksi masa lalu ataupun juga bukan hasil dari komitmen penjualan perusahaan. Ini merupakan bentuk arus kas masa depan yang tidak pasti (antisipasi transaksi). Dengan demikian, keuntungan atau kerugian atas kontrak forward untuk melakukan lindung nilai terhadap perkiraan penerimaan dalam peso pada awalnya akan dicatat dalam ekuitas sebagai bagian dari laba komprehensif. Jumlah ini akan direklasifikasikan menjadi laba kini di dalam periode saat penjualan ekspor benar-benar dilakukan.

Sumber :

Choi, Frederick D. S. Dan Meek, Gary K. 2005. Akuntansi Internasional-Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba.

Isu-isu dalam Pengendalian Keuangan

Sistem pengendalian manajemen bertujuan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang paling efektif dan paling efisien. Sistem pengendalian keuangan merupakan sistem pengukuran kuantitatif dan komunikasi yang memfasilitasi pengendalian melalui :

1. Komunikasi tujuam-tujuan keuangan secara tepat dalam organisasi.

2. Memperinci kriteria dan standar dalam evaluasi kinerja.

3. Mengawasi kinerja.

4. Mengomunikasikan penyimpangan antara kinerja aktual dan rencana kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab.


Sistem pengendalian terdiri dari kebijakan operasional dan keuangan, struktur pelaporan internal, anggaran operasi dan panduan prosedur yang konsisten dengan tujuan manajemen puncak.


Sistem Pengendalian Domestik versus Multinasional

Dalam sebuah makalah yang saat ini terbilang klasik, david Hawkins menawarkan empat alasan dasar :

1. Pertimbangan kontrol keuangan jarang sekali merupakan sesuatu yang penting dalam tahap-tahap awal pendirian operasi luar negeri.

2. Umumnya akan lebih murah untuk menggunakan sistem domestik daripada harus membuat dari awal keseluruhan sistem yang dirancang untuk operasi luar negeri.

3. untuk menyederhanakan penyusunan dan analisis laporan keuangan konsolidasi, pihak kontroler perusahaan harus menegaskan bahwa seluruh anak perusahaan yang beroperasi menggunakan format dan daftar yang sama untuk mencatat dan mengirimkan data keuangan dan operasi.

4. Mantan eksekutif domestik yang bekerja pada operasi luar negeri dan atasan perusahaan mereka akan lebih nyaman jika mereka dapat terus menggunakan sebanyak mungkin sistem pengendalian domestik, umumnya karena mereka mencapai tingkatan manajemen tertinggi dengan menguasai sistem domestik.


Penganggaran Operasional

Kinerja keuangan suatu operasi luar negeri dapat diukur dalam mata uang lokal, mata uang negara asal, atau kedua-duanya. Mata uang yang digunakan dapat memiliki pengaruh yang signifikan pada saat menilai kinerja suatu unit luar negeri dan manajernya. Milai mata uang yang berfluktuasi dapat mengubah laba (ketika diukur dalam mata uang lokal) menjadi kerugian (ketika dinyatakan dalam mata uang negara asal).tiga kurs yang mungkin dapat digunakan ketika menyusun draft anggaran operasional pada awal periode :

1. Kurs spot yang berlaku ketika anggaran disusun.

2. Suatu kurs yang diperkirakan akan berlaku pada akhir periode anggaran (kurs proyeksi).

3. Kurs pada akhir periode jika kurs berubah (kurs penutupan).


Kurs yang sebanding dapat digunakan untuk melacak kinerja relatif terhadap anggaran. Jika kombinasi kurs yang berbeda digunakan untuk menyusun anggaran dan untuk melacak kinerja, hal ini akan menimbulkan perbedaan alokasi tanggungjawab terhadap perubahan kurs dan menyebabkan kemungkinan respons manajemen yang berbeda. Misalkan beberapa kemungkinan tersebut yaitu :

1. Anggaran dan pelacakan kinerja berdasarkan kurs spot awal.

Perubahan kurs tidak berpengaruh terhadap evaluasi kinerja luar negeri.


2. Anggaran pada kurs akhir (yang telah disesuaikan) dan pelacakan berdasarkan kurs penutupan.

Gabungan keduanya menghasilkan yang sama.


3. Penganggaran berdasarkan kurs awal dan pelacakan berdasarkan kurs penutupan.

Manajer lokal memiliki tanggungjawab penuh terhadap perubahan kurs.


4. Anggaran dan pelacakan kinerja menggunakan proyeksi kurs.

Sistem ini mencerminkan sudut pandang mata uang lokal.


5. Anggaran berdasarkan kurs proyeksi dan pelacakan berdasarkan kurs penutupan.

Gabungan kurs ini tidak membuat manajer lokal harus dapat menjelaskan perubahan kurs yang telah diperkirakan.






Sumber :

Choi, Frederick D. S. Dan Meek, Gary K. 2005. Akuntansi Internasional-Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba.

Jumat, 15 April 2011

Peluang dan Tantangan dalam Analisis Lintas Batas

Analisis keuangan lintas batas mencakup berbagai wilayah yurisdiksi. Sejumlah negara memiliki perbedaan yang sangat besar dalam praktik akuntansi, kualitas pengungkapan, sistem hukum dan undang-undang, sifat dan ruang lingkup risiko usaha, dan cara untuk menjalankan usaha. Perbedaan ini berarti alat-alat analisis yang sangat efektif disatu wilayah menjadi kurang efektif di wailayah lain.

Analisis dan penilaian keuangan Internasional ditandai dengan banyak kontradiksi. Disatu sisi, begitu cepatnya proses harmonisasi standar akuntansi telah mengarah kepada semakin meningkatnya daya banding informasi keuangan di seluruh dunia. Namun demikian, sejumlah besar perbedaan dalam praktik pelaporan keuangan masih ada.


Perusahaan dunia mengungkapkan informasi yang semakin banyak dan semakin kredibel, oleh karena itu banyak negara, termasuk Cina, Korea, Republik Ceko, dan Rusia, berupaya keras untuk memperbaiki ketersediaan dan kualitas informasi mengenai perusahaan publik.


Terlepas dari kontradiksi yang masih terus berlanjut, hambatan untuk analisis dan penilaian keuangan Internasional semakin menurun dan pandangan para analis secara umum masih positif. Globalisasi pasar modal, kemajuan dalam teknologi informasi dan kompetisi antar pemerintah nasional, bursa efek dan perusahaan-perusahaan untuk menarik investor, dan kegiatan perdagangan yang meningkat masih terus berlanjut. Secara bersama-sama, kekuatan-kekuatan ini memberikan inisiatif bagi pemerintah untuk memperbaiki praktik pelaporan keuangan eksternal mereka.


Globalisasi dan perbaikan dalam akuntansi dan pengunagkapan Internasional yang masih berlanjut mengaburkan perbedaan antara analisis keuangan lintas batas dan dalam suatu wilayah. Melalui implementasi Euro, bersamaan dengan kemajuan terus menerus dalam praktik pengungkapan perusahaan di Eropa, strategi diversifikasi portofolio di Eropa semakin didasarkan pada sektor industri dan bukan berdasarkan negara. Daripada menyeimbangkan pemilihan saham di antara negara-negara dengan mata uang kuat dan lemah, manajer portofolio semakin memusatkan perhatian untuk memilih perusahaan yang terbaik di suatu industri tanpa melihat negara asal. Globalisasi juga berarti analisis yang terlalu domestik menjadi semakin kurang relevan. Ketergantungan satu sama lain semakin meningkat dan tidak ada perusahaan dapat menghindar dari peristiwa yang terjadi di seluruh dunia.

Sumber :

Choi, Frederick D. S. Dan Meek, Gary K. 2005. Akuntansi Internasional-Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba.

Sabtu, 09 April 2011

Uni Eropa (European Union – EU)

Traktat Roma mendirikan EU pada tahun 1957, dengan tujuan untuk mengharmonisasikan sistem hukum dan ekonomi negara-negara anggotanya. Per bulan Mei 2004, EU terdiri dari 25 negara anggota ( Austria, Belgia, Siprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Slowakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan Inggris). Komisi Eropa (EC) memiliki kekuasaan penuh atas direktif akuntansinya terhadap seluruh negara anggota.
Salah satu tujuan EU adalah untuk mencapai integrasi pasar keuangan Eropa. Untuk mencapai tujuan ini, EC telah memperkenalkan direktif dan mengambil langkah inisiatif yang sangat besar untuk mencapai pasar tunggal bagi :
1. Perolehan modal dalam tingkat EU
2. Membuat kerangka dasar hukum umum untuk pasar surat berharga dan derivatif yang terintegrasi
3. Mencapai satu set standar akuntansi tunggal untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya tercatat.

Direktif Keempat, Ketujuh, dan Kedelapan
Ketentuan Direktif Keempat berlaku bagi akun-akun perusahaan secara individu dan mencakup aturan bentuk laporan keuangan, ketentuan pengungkapan, dan aturan penilaian. Direktif Keempat juga mewajibkan laporan keuangan untuk diaudit. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa perusahaan-perusahaan Eropa mengungkapkan informasi yang dapat dibandingkan dan setara dalam laporan keuangannya.
Direktif Ketujuh mewajibkan konsolidasi bagi kelompok usaha yang besarnya diatas ukuran tertentu, menentukan pengungkapan laporan dalam catatan dan laporan direktur, dan mewajibkan dilakukannya audit.
Direktif Kedelapan memberikan kekuasaan diskresi terhadap negara-negar EU untuk menentukan kondisi-kondisi independensi.

Apakah Upaya Harmonisasi EU telah berhasil ?
Direktif keempat dan ketujuh memiliki pengaruh yang dramastis terhadap pelaporan keuangan diseluruh EU, yaitu membawa akuntansi diseluruh negara anggota EU ketahap penyeragaman yang baik dan relatif memadai. Direktif ini mempercepat perkembangan akuntansi di negara-negara tetangga non EU.

Pendekatan Baru EU dan Integrasi Pasar Keuangan Eropa
Komisi mengumumkan bahwa EU perlu untuk bergerak secara tepat dengan maksud untuk memberikan sinyal yang jelas bahwa perusahaan yang sedang berupaya untuk melakukan pencatatan di Amerika Serikat dan pasar-pasar dunia lainnya akan tetap dapat bertahan dalam rangka dasar akuntansi EU.
Pengesahan IFRS oleh EC dimulai pada tahun 2003 melalui adopsi seluruh standar dan interpretasi IASB yang ada. Direktif keempat dan ketujuh juga diamandemen pada tahun 2003 untuk menghapuskan ketidakkonsistenan diantara direktif yang lama dengan IFRS. Pada tahun 2003, Komite Regulator Surat Berharga Eropa mengadopsi Standar 1 mengenai Informasi Keuangan. Standar ini berisi 21 prinsip yang ditujukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan pendekatan yang sama dalam penegakan IFRS diseluruh EU.

Organisasi Intenasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
Beranggotakan sejumlah badan regulator pasar modal yang ada di lebih dari 100 negara. Tujuan utama IOSCO adalah untuk memfasilitasi proses yang dapat digunakan para penerbit saham kelas dunia untuk memperoleh modal dengan cara yang paling efektif dan efisien pada seluruh pasar modal yang terdapat permintaan investor. Menurut bagian pembukaan anggaran IOSCO, otoritas pasar modal memutuskan untuk bekerja bersama-sama dalam memastikan pengaturan pasar yang lebih baik, baik pada tingkat domestik maupu internasional, untuk mempertahankan pasar yang adil, efisien dan sehat maka :
1. Saling menukarkan informasi berdasarkan pengalaman masing-masing untuk mendorong perkembangan pasar domestik.
2. Menyatukan upaya-upaya untuk membuat standar dan pengawasan efektif terhadap transaksi surat berharga internasional.
3. Memberikan bantuan secara bersama-sama untuk memastikan integritas pasar melalui penerapan standar yang ketat dan penegakan yang efektif terhadap pelanggaran.



Sumber :
Choi, Frederick D. S. Dan Meek, Gary K. 2005. Akuntansi Internasional-Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba.

Kamis, 31 Maret 2011

Sudut Pandang Internasional Terhadap Akuntansi Internasional

Beberapa Negara telah mencoba metode akuntansi inflasi yang berbeda-beda. Praktik aktual juga mencerminkan pertimbangan pragmatis seperti parahnya laju inflasi nasional dan pandangan yang pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi inflasi. Mengamati beberapa metode akuntansi inflasi yang berbeda sangat bermanfaat pada saat menilai kondisi paling mutakhir saat ini.


Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting Standart-SFAS) No.33 berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebh dari $1 miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi) untuk selama 5 tahun emncoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini. Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai SFAS No.33 menentukan bahwa :
1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.
2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini.

FASB menerbitkan panduan untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal untuk standar akuntansi inflasi di masa depan. Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir :
1. Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya.
2. Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
3. Keuntungan atau kerugian daya beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih.
4. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dpulhkan (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan akan dapat dipulhkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga umum).
5. Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi.
6. Aktva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini.
7. Laba per saham (dari operasi berjalan) menurut dasar biaya kini.
8. Dividen per saham biasa.
9. Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa.
10. Tingkat Indeks HArga Konsumen (Consumer Price Index-CPI) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan.

Untuk meningkatkan daya banding data tersebut, informasi dapa disajikan :
1. Ekuivalen daya beli rata-rata (atau akhir tahun).
2. Dollar periode dasar (1967) yang digunakan dalam menghitung CPI.


Inggris
Komite Standar Akuntans Inggris (Accounting Standard Committee-ASC) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standard Accounting Practice-SSAP 16) “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan Maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33, yaitu :
1. Apabila standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
2. Apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan.

Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan, yaitu :
1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
3. Menyajkan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.

SSAP mengharuskan dua angka yang mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu :
1. Penyesuaian modal kerja moneter mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasinya.
2. Mekanisme penyesuaian memungkinkan pengaruh perubahan harga spesfik terhadap aktiva nonmoneter perusahaan.


Brasil

Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekutas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan evaluasi dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.

Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter.

Komisi Pasal Modal Brasil mewajibkan metode akuntansi yang lain untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan publik. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan menggunakan mata uang fungsional.




Sumber :
Choi, Frederick D. S. Dan Meek, Gary K. 2005. Akuntansi Internasional-Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba.

Senin, 28 Maret 2011

Isi Standar No.52

Standar No.52 mengakui bahwa baik sudut pandang induk perusahaan dan anak perusahaan merupakan kerangka dasar pelaporan yang sah, oleh karena itu aturan translasi dirancang untuk :

1. Mencerminkan di dalam laporan keuangan konsolidasi, hasil dan hubungan keuangan yang diukur dalam mata uang primer (utama) yang digunakan oleh setiap entitas konsolidasi melakukan kegiatan usahanya.

2. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan ekspektasi pengaruh ekonomi dari perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas suatu perusahaan.

Translasi Apabila Mata Uang Lokal Merupakan Mata Uang Fungsional

Jika mata uang fungsional merupakan mata uang asing yang digunakan dalam catatan entitas asing, laporan keuangannya ditranslasikan ke dalam dolar dengan menggunakan metode kurs kini. Keuntungan atau kerugian translasi yang timbul diungkapkan sebagai komponen terpisah dalam ekuitas konsolidasi. Hal ini untuk mempertahankan rasio laporan keuangan jika dihitung dari laporan ekuangan dalam mata uang lokal. Prosedur kurs kini yang digunakan, yaitu :

1. Seluruh aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing ditranslasikan ke dalam dolar menggunakan kurs nilai tukar per tanggal neraca, akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis.

2. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar pada tanggal transaksi, meskipun kurs rata-rata tertimbang dapat digunakan untuk kepraktisan.

3. Keuntungan dan kerugian translasi tersebut dilaporkan sebagai komponen terpisah dalam ekuitas pemegang saham konsolidasi. Penyesuaian nilai tukar ini tidak akan masuk ke dalam laporan laba rugi hingga operasi luar negeri tersebut dijual atau nilai investasinya dianggap telah hilang secara permanen.

Translasi Apabila Dollar AS Merupakan Mata Uang Fungsional

Laporan keuangan dalam mata uang asing diukur ulang ke dalam dollar dengan menggunakan metode temporal. Seluruh keuntungan dan kerugian translasi yang berasal dari proses translasi dimasukkan dalam penentuan laba periode berjalan, yaitu dimana secara khusus :

1. Aktiva dan kewajiban moneter dan aktiva nonmoneter yang dinilai berdasarkan harga pasar terkini ditranslasikan dengan kurs nilai tukar per tanggal laporan keuangan, pos nonmoneter lainnya dan akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis.

2. Pendapatan dan beban ditranslasikan berdasarkan rata-rata kurs nilai tukar selama periode berjalan.

3. Keuntungan dan kerugian ditranslasikan tercermin dalam laba periode berjalan.

Translasi Apabila Mata Uang Asing Merupakan Mata Uang Fungsional

Laporan keuangan pertama-pertama disajikan ulang dari mata uang lokal ke dalam mata uang fungsional (metode temporal) kemudian ditranslasikan ke dalam dollar AS dengan menggunakan metode kurs kini.

Pengecualian metode kurs kini adalah untuk anak peruasahaan yang berlokasi di tempat-tempat yang memiliki inflasi selama 3 tahun berturut-turut sebelumnya yang melebihi 100%. Dalam kondisi hiperinflasi seperti itu, nilai dollar dianggap sebagai mata uang fungsional, sehingga menggunakan metode temporal.

Sumber :

Choi, Frederick D. S. Dan Meek, Gary K. 2005. Akuntansi Internasional. Jakarta: Salemba.

Sabtu, 19 Maret 2011

Translasi Mata Uang Asing

Translasi tidak sama dengan konversi. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang kedalam nilai ekuivalen dollar AS.

Saldo-saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestik berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya.

Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward, atau swap. Mata uang yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan secepatnya, yaitu dalam waktu 2 hari kerja. Kurs pasar spot dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu :

1. Perbedaan tingkat inflasi antar negara

2. Perbedaan suku bunga nasional

3. Ekspektasi terhadap arah nilai tukar di masa mendatang

Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di masa depan. Sedangkan kuotasinya dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs spot.

Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot atau pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu negara asing, sehingga dalam kesempatan yang sama melindungi diri terhadap pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.

Alasan-alasan untuk melakukan translasi

Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistik atas operasi perusahaan, baik domestik dan luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut sebagai translasi.

Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta bahwa nilai relative mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar variabel, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu periode ke periode lain sulit dilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi dan posisi keuangan.

Alasan tambahan untuk translasi mata uang asing yaitu :

1. Untuk mencatat transaksi mata uang asing

2. Mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang

3. Berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri.

Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah. Pengukuran resiko ini akan berbeda-beda tergantung dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan.

Metode dalam translasi mata uang asing


1. Metode Kurs Tunggal


Metode yang menerapkan suatu kurs nilai tukar, yaitu kurs terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Untuk memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Laporan keuangan sebuah operasi asing memiliki domisili pelaporannya sendiri, lingkungan mata uang lokal di mana perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya. Suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang asing jika ekuivalen dalam mata uang digunakan untuk mentranslasikan aktiva atau kewajiban tersebut.


2. Metode Kurs Berganda

Metode Kurs Berganda menggabungkan kurs nilai tukar historis dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.

Metode Kini-Nonkini

1. Aktiva lancar dan kewajiban lancar anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini.

2. Aktiva dan kewajiban tidak lancar ditranslasikan berdasarkan kurs histories.

3. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata yang berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode pelaporan.

4. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan berdasarkan kurs historis yang tercatat saaat aktiva tersebut diperoleh.

Namun, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi resiko nilai tukar.

Metode Moneter-Nonmoneter

1. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini.

2. Pos-pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan investor ditranslasikan dengan menggunakan kurs histories.

3. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-non kini.

Metode Temporal

1. Tranlasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Sehingga tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran.

2. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut tetapi bukan penilaian sesungguhnya.

3. Berdasarkan GAAP AS, kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca.

4. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayar pada saat jatuh temponya.

5. Pos-pos moneter seperti kas, piutang, dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini.

6. Pos-pos moneter ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya.

7. Secara khusus, aktiva yang nilainya dalam laporan mata uang asing sebesar biaya historis, ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Hal ini dikarenakan biaya historis dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan kurs nilai tukar historis akan menghasilkan biaya historis dalam mata uang domestik.


Sumber :
Choi, Frederick D. S. dan Meek, Gary K.2005.Akuntansi Internasional.Jakarta:Salemba Empat