Senin, 29 Maret 2010

Abstract

Altman discriminant analysis application for bankruptcy prediction rate (study of case in company textiles and textile products listed in the JSX)
(Alumnus Program Studi Akuntansi UMM)

This research is a case study at Jakarta Stock Exchange entitled “Application of Altman Discriminant Analysis to predicting the loss rate (Case Study at textile and textile product company that written at Jakarta Stock Exchange)”. The purpose of this research is to know the Altman Discriminant analysis to predicting the loss rate at textile and textile product company written at Jakarta Stock Exchange. In this research, writer take the hypothesis that is have the differences of financial activity that significant between lose company and not lose company.
Instrument of analysis using in this research is Altman Discriminant Analysis. Instrument of test using to know the differences of financial activity between the lose company and not lose company that written at Jakarta Stock Exchange is testing hypothesis, that is with consider F test with F table. If F test more high than F table, then reported have the differences of financial activity between the lose company and not lose company. This research using F test equal to 28.911 and F table equal to 1.839. While the discriminant equality gotten is Z = 0,949X1 + 0,714X2 + 0,585X3 – 0,666X5.
From the result of research just have the differences of financial activity at the lose company and not lose company, that is the textile and textile product company written at Jakarta Stock Exchange. Based on the conclusion above, writer can implicate that as well as the company management of textile and textile product company that lose need observe result of this research as a consider instrument to make the service and increase the financial activity with emphasize at the factors identified as cause of loss.
Keywords: Altman Discrminant, financial activity

Sumber :
http://www.snapdrive.net/files/572779/0529fe41331c5a4899660dfaa3d380d5.pdf


FINANCIAL RATIO ANALYSIS FOR PREDICTING FINANCIAL CONDITION Distress MANUFACTURING COMPANY REGISTERED IN JAKARTA STOCK EXCHANGE SECURITIES

Luciana Spica Almilia
Emanuel Kristijadi
STIE Perbanas Surabaya

Abstrak:
Financial distress precedes bankruptcy. Most financial distress models actually rely on bankruptcy data, which is easier to obtain. The purpose of this research is to examine financial ratios that affect financial distress condition of a firm. The sample of this research consist of 24 distress firms and 37 non-distress firms, it is chosen by purposive sampling. The statistic method which is used to test on the research hypothesis is logistic regression. The result show that profit margin ratio (net income/net sales), financial leverage ratio (current liabilities/total assets), liquidity ratio (current assets/current liabilities) and growth (net income/total assets growth) is a significant variable to determine of financial distress firms.
Keywords: financial distress, financial ratios, bankruptcy.

sumber : http://spicaalmilia.files.wordpress.com/2007/04/model-financial-distress.pdf


Bankruptcy Indikators in Indonesia
An Additional Early Warning Tools
On Financial System Stability

Muliaman D Hadad(1) ,Wimboh Santoso(2) & Ita Rulina(3)
Desember 2003


The purpose of this study was to obtain empirical evidence about the factors corporate finance factors that could distinguish the company behavior in the bankruptcy and not bankrupt, and to compare the ability two techniques are often used in predicting bankruptcy. Techniques used in this study is Discriminant Analysis dan Logistic Regression. The coefficient of the independent variables estimate by using simultaneous approach to Discriminant Analysis and the maximum likelihood method for Logistic Regression. The study shows that the ratio of associated with the liquidity ratio is the best in discriminator distinguish the bankrupt company with a company that is not bankrupt. Furthermore, this study also showed that Logistic Regression is approach that is relatively better compared with Discriminant Analysis. This is reflected by correct value of Logistic Regrestion estimates of average higher than the correct value of Discriminant Analysis estimate that each respectively for 86.72% and 78.1% for year before the company went bankrupt.

sumber : www.bi.go.id

abstrak tentang kepailitan

Indikator Kepailitan di Indonesia:
An Additional Early Warning Tools
Pada Stabilitas Sistem Keuangan

Muliaman D Hadad(1) ,Wimboh Santoso(2) & Ita Rulina(3)

Desember 2003
Abstraksi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai faktorfaktor keuangan perusahaan yang mampu membedakan prilaku perusahaan yang masuk kelompok pailit dan tidak pailit serta untuk membandingkan kemampuan dua teknik yang sering dipakai dalam memprediksi kepailitan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Discriminant Analysis dan Logistic Regression. Koefisien dari independen variabel diestimasi dengan menggunakan simultaneous approach untuk Discriminant Analysis dan maximum likelihood method untuk Logistic Regression. Hasil studi menunjukkan bahwa rasio yang terkait dengan rasio likuiditas merupakan discriminator terbaik dalam membedakan perusahaan yang pailit dengan perusahaan yang tidak pailit. Selanjutnya, studi ini juga menunjukkan bahwa Logistic Regression merupakan pendekatan yang relatif lebih baik dibandingkan dengan Discriminant Analysis. Hal ini dicerminkan oleh nilai correct estimates Logistic Regression yang ratarata lebih tinggi dari nilai correct estimates Discriminant Analysis yaitu masingmasing sebesar 86,72% dan 78,1% untuk 1 tahun sebelum perusahaan pailit.
Keywords: Bankruptcies, logistic regression, and discriminant analysis. JEL Classification: G33, C35
sumber : www.bi.go.id

PENERAPAN ANALISIS DISKRIMINAN ALTMAN UNTUK MEMPREDIKSI TINGKAT KEBANGKRUTAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL YANG TERCATAT DI BEJ)
(Alumnus Program Studi Akuntansi UMM)

Penelitian ini adalah studi kasus di Bursa Efek Jakarta dengan judul "Penerapan analisis diskriminan Altman untuk memprediksi tingkat kerugian (Studi Kasus pada tekstil dan produk tekstil perusahaan yang ditulis di Bursa Efek Jakarta)". Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan analisis diskriminan Altman untuk memprediksi tingkat kerugian tekstil dan produk tekstil perusahaan yang ditulis di Bursa Efek Jakarta. Dalam studi ini, penulis mengambil hipotesis bahwa perbedaan aktivitas keuangan yang signifikan antara perusahaan dan tidak kehilangan perusahaan. Menggunakan alat-alat analisis dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan Altman.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan Altman. Uji instrumen yang digunakan untuk mempelajari perbedaan dalam aktivitas keuangan antara perusahaan dan tidak tersesat, sekarang bahwa tulisan di Bursa Efek Jakarta adalah pengujian hipotesis, yang dianggap bukti dari F tabel F. Jika uji F lebih tinggi daripada F tabel, ia melaporkan, maka perbedaan aktivitas keuangan antara perusahaan turun dan tidak kehilangan bisnis. Penelitian ini dengan uji F sebesar 28.911 dan F tabel sama dengan 1839. Sementara diperoleh persamaan diskriminan yaitu Z = 0,949X1 + 0,714X2 + 0,585X3 – 0,666X5.
Dari hasil penelitian hanya perbedaan aktivitas keuangan perusahaan turun dan tidak kehilangan perusahaan mereka, yang merupakan tekstil dan produk tekstil perusahaan tertulis di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan temuan di atas dapat menyiratkan penulis dan mengelola perusahaan tekstil dan produk tekstil perusahaan yang kalah perlu mengawasi hasil penelitian ini sebagai alat untuk bermain pelayanan dan meningkatkan kegiatan keuangan dengan penekanan pada faktor-faktor yang diidentifikasi sebagai penyebab kerugian.
Kata kunci : Altman diskriminan, kegiatan keuangan

sumber : http://www.snapdrive.net/files/572779/0529fe41331c5a4899660dfaa3d380d5.pdf

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI
FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA
Luciana Spica Almilia
Emanuel Kristijadi
STIE Perbanas Surabaya

Abstrak:

Kesulitan keuangan mendahului kebangkrutan. Kebanyakan model kesulitan keuangan benar-benar mengandalkan data kebangkrutan, yang lebih mudah diperoleh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa rasio keuangan yang mempengaruhi keadaan kesulitan keuangan perusahaan. Sampel penelitian ini terdiri dari 24 perusahaan dalam kesulitan dan 37 perusahaan non-kesulitan, ia dipilih berdasarkan sampel objek. Metode statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio margin (laba bersih penjualan / net), rasio leverage (arus total aset dan kewajiban), maka rasio lancar (aset / kewajiban lancar) dan pertumbuhan (rata-rata pertumbuhan aktiva bersih dan total) variabel penting dalam menentukan kesulitan keuangan perusahaan.
Kata kunci : kesulitan keuangan rasio keuangan kebangkrutan

sumber : http://spicaalmilia.files.wordpress.com/2007/04/model-financial-distress.pdf

Jumat, 26 Maret 2010

Review Jurnal

Teori keuangan mengasumsikan bahwa sistem kepailitan yang sempurna memberikan manfaat yang cukup berharga bagi perekonomian. Pada umumnya dikenal dua macam biaya yang akan terjadi pada perusahaan yang pailit, yaitu direct cost dan indirect cost. Direct cost merupakan biaya yang langsung dikeluarkan oleh perusahaan tersebut untuk membayar pengacara, akuntan dan tenaga professional lain untuk merestrukturisasi keuangannya yang kemudian akan dilaporkan kepada para kreditur. Selain itu, bunga yang dibayar perusahaan untuk pinjaman selanjutnya yang biasanya jauh lebih mahal juga merupakan direct cost dari kepailitan. Sedangkan indirect cost merupakan potensial loss yang dihadapi perusahaan yang sedang menghadapi kesulitan keuangan tersebut, seperti kehilangan pelanggan dan supplier, kehilangan proyek baru karena manajemen berkonsentrasi kepada penyelesaian kesulitan keuangan dalam jangka pendek.

Metode statistik yang digunakan untuk memprediksi kepailitan perusahaan terus berkembang. Pada tahun 1968 sampai dengan 1980, metode statistik Discriminant Analysis umum digunakan oleh Peneliti untuk memprediksi kepailitan Perusahaan. Namun, pada akhir tahun 1980, ketenaran teknik Discriminant Analysis mulai disaingi oleh teknik yang lebih baru yaitu Logistic Regression. Bahkan saat ini berkembang teknik lain seperti Neural Network yang membayang-bayangi kemampuan Logistic Regression dalam memprediksi kepailitan.

Hasil Analisis Diskriminan menunjukkan adanya empat rasio keuangan yang merupakan indikator dominan dalam penentuan kinerja perusahaan. Keempat rasio beserta
koefisiennya yang menunjukkan pengaruh terhadap kinerja perusahaan adalah:
1. Rasio Modal Kerja (Aktiva lancar-Hutang Lancar / Total Aktiva (0,949)
2. Rasio Laba Ditahan / Total Aktiva (0,714)
3. Rasio Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Total Aktiva (0,585)
4. Rasio Penjualan / Total Aktiva (-0,666)

Studi yang menggunakan rasio keuangan mulai dilakukan pada tahun 1930-an dan kemudian beberapa studi lanjutan le bih menekan pada kepailitan usaha. Kebanyakan hasil penelitian tersebut meyakini bahwa perusahaan yang pailit memiliki rasio yang berbeda dari perusahaan yang tidak pailit. Secara umum, rasio yang mengukur profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas telah berhasil menunjukkan keberhasilan sebagai indikator kepailitan usaha.
Dalam melakukan penelitian mengenai kepailitan, Beaver(1966) menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai berikut : cash flow/total debt, current assets/current liabilities, net income/total assets, total debt/total asset, working capital/total assets.

Altman (1968) yangmengadakan penelitian kebangkrutan, setelah Beaver, kembali menggunakan rasio keuangan sebagai faktor-faktor yang dapat dilihat untuk mengindikasikan kebangkrutan suatu perusahaan. Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan Altman (1968) adalah Current Assets/current Liabilities, Market Value of Equity/Book Value of Debt, Net Sales/Total Asset, Operating Income/Total Asset,EBIT/Total Interest Payments, Retained Earnings/Total Assets, Working Capital/Total Assets, Working Capital/total Assetes, Retained Earnings/Total Assetes, Earnings Before Ineters and taxes/total assets, market value equity/book value of total debt, sales/total sales.

Dengan pengujian statistic Logistik Regresion Ohlson (1980) kembali melakukan penelitian mengenai rasio-rasio keuangan yang dapat dijadikan indikator untuk melihat kepailitan suatu perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan oleh Ohlson dalam melakukan penelitiannya dapat diuraikan sebagai berikut : total liabilities/total assets, working capital/total assets, current liabilities/current assets.

Dengan menggunakan nilai parameter yang ada, model Logistic Regression dapat digunakan sebagai alternatif alat untuk menghitung kemungkinan suatu perusahaan akan menghadapi financial distress di masa mendatang, sehingga kemungkinan naiknya risiko kredit pada suatu bank dapat dideteksi lebih dini. Hal ini membantu pengawas/pemeriksa bank untuk mendapatkan keyakinan bahwa bank telah melakukan tindakan sejalan dengan prudential banking dalam mengantisipasi kemungkinan naiknya risiko kredit tersebut. Sehingga tekanan terhadap sistem keuangan dapat diantisipasi. Namun tidak semua jenis perusahaan dapat menggunakan model Logistic Regression.

Sumber :

http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:JveY_sul7tIJ:www.snapdrive.net/files/572779/0529fe41331c5a4899660dfaa3d380d5.pdf+analisis+altman+z-score&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgVirPQI4BSs48hFbl069czU1h6VtDqeqdc6flan8AFEv83uyUW1OQlVEX_NVKBRi83z2QL0_sZdG_y43oD9TbnKO4WyPjlToLcdnP86NCp9cGHyCUex0S6Zi4Azo53_a2NqA-W&sig=AHIEtbTjJCeBsjXtvws5eoi9ElFWzG0Heg

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/E5BBB591-594B-4C44-8D03-AD62E5650132/7823/IndikatorKepalilitandiIndonesia.pdf

Rabu, 03 Maret 2010

Metodologi dan Desain Riset

Penelitian adalah suatu proses pencarian kebenaran ataupun pembuktian terhadap phenomena yang dihadapi dengan melalui proses kerja tertentu. Sebagai suatu metodologi maka usaha pembuktiannya menggunakan pendekatan keilmuan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Tiga aspek tujuan penelitian yaitu :

1. Disciplinary Research

Tujuan penelitian ini untuk memperkaya ilmu pengetahuan

2. Subject-Matter Research

Tujuannya untuk mencari dan menunjukkan masalah beserta pemecahannya.

3. Problem-Solving Research

Tujuannya untuk menyelesaikan masalah yang  telah diketahui.


Tujuan penelitian menurut obyek yang diteliti yaitu :

1. Exploratory Research

Dilakukan dengan cara menggali permasalahan yang mungkin ada.

2. Descriptive Research

Dilakukan dengan cara membuat deskripsi permasalahan yang telah diidentifikasi.

3. Explanatory Research

Dilakukan dengan cara menjelaskan gejala yang ditimbulkan oleh suatu obyek penelitian.


Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rancangan bentuk atau model suatu penelitian.

Topologi desain penelitian dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

1. Desain Survei

Dilakukan dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi, dimana pengambilannya melalui kuesioner. Keunggulan desain ini adalah minimnya biaya yang dikeluarkan. Namun kelemahannya adalah memakan banyak waktu dalam pengambilan sampelnya.

2. Desain Studi Kasus

Dialkukan dengan cara observasi secara mendalam terhadap suatu obyek penelitian yang dipilih dari beberapa keadaan yang dianggapnya sama.

3. Desain Eksperimen

Obyek yang diteliti biasanya belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruhnya apabila diterapkan pada suatu keadaan ataupun persyaratan tertentu. Dimana eksperimen ini dilakukan dengan cara pengujian terhadap sesuatu kondisi atau persyaratan tertentu.


Sumber : Subiyanto, Ibnu.Metode Penelitian.Yogyakarta:Bagian Penerbit STIE YKPN.1993

Selasa, 02 Maret 2010

Audit pemasaran Nike Strategi

Analisis PEST Nike

Nike, Inc adalah sebuah perseroan terbatas yang mendesain, mengembangkan dan pasar di seluruh dunia atletik alas kaki, pakaian, peralatan dan aksesori. Nike mempekerjakan tradisional maupun non-saluran distribusi tradisional di hampir 200 negara dengan daerah pasar utama di Amerika Serikat, Eropa, Asia Pasifik, dan Amerika.

Nike telah sekitar 20.000 peritel di seluruh dunia termasuk toko pabrik Nike, Nike toko, NikeTowns, Cole Haan toko, dan situs Web yang menjual Nike olahraga dan produk-produk rekreasi. Nike menyumbang 33% dari pangsa pasar global di industri alas kaki atletik.

Analisis pest NIKE
Nike, sebagai sebuah organisasi internasional, perlu fokus pada faktor-faktor lingkungan makro. Faktor-faktor lingkungan makro terdiri Politik, Ekonomi, Masyarakat, dan Teknologi, yaitu, HAMA Analisis.

Analisis Politik
Pemerintah harus menciptakan kebijakan ekonomi yang akan mendorong pertumbuhan bisnis. Nike, untungnya, telah dibantu oleh kebijakan AS yang memungkinkan untuk memajukan produk-produknya. Dukungan yang diberikan kepada Nike oleh pemerintah AS, khususnya dalam stabilitas makroekonomi secara umum, bunga rendah, mata uang yang stabil kondisi dan daya saing internasional dari sistem pajak, membentuk fondasi penting bagi pertumbuhan Nike.

Analisis Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, ancaman terbesar untuk Nike akan resesi ekonomi. Selama resesi, pertumbuhan Nike akan dirugikan. Perekonomian AS mengalami penurunan sekarang. Pembelian konsumen melambat. Saat ini, Nike merasakan sejumput resesi ekonomi. Krisis ekonomi Asia juga akan mempengaruhi Nike sejak barang diproduksi di Asia. Biaya tenaga kerja dan harga bahan naik.

Nike pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh perekonomian lokal tetapi juga dalam perekonomian internasional. Euro lemah dan resesi Asia bisa berarti penjualan lemah untuk Nike. Hasil keseluruhan dalam penjualan yang dihasilkan oleh Nike dalam sepatu atletik, bagaimanapun, tetap stabil. Membuat pasar global untuk varians dalam penjualan terutama antara musim puncak dan ramping.

Analisis Masyarakat
Orang lebih sadar kesehatan saat ini. Diet dan kesehatan semakin menonjol. Akibatnya, semakin banyak orang yang bergabung dengan klub kebugaran. Ada permintaan yang menyertai produk-produk kebugaran olahraga terutama pakaian, sepatu dan peralatan. Nike adalah di garis depan gelombang permintaan ini sebagai orang-orang mencari sepatu olahraga, pakaian dan peralatan.

Nike Namun, gagal memperkirakan permasalahan yang ditimbulkan oleh pemeras memaparkan mengenai tenaga kerja dan kondisi pabrik di lokasi produksi di Asia. Hal ini menyebabkan publisitas buruk dan penurunan penjualan sebagai masyarakat dan konsumen menuntut lebih banyak tanggung jawab sosial perusahaan.

Analisis Teknologi

Nike menggunakan TI dalam sistem informasi pemasaran yang sangat efektif. Nike berlaku sistem informasi pemasaran ekonomi inovasi, segmentasi dan diferensiasi untuk sebagian besar dari bisnis. Nike berutang status kepemimpinan di sebagian besar penggunaan Teknologi Informasi sangat berharga, dan menerapkannya pada setiap aspek dari produk dari pengembangan distribusi.

Nike, menjadi pemimpin dunia dalam industri alas kaki atletik, mampu memanfaatkan lingkungan secara efektif untuk meningkatkan upaya pemasarannya. Strategi ini telah diterjemahkan ke dalam penjualan kuat produk Nike.

Sumber : http://corporate-marketing-branding.suite101.com/article.cfm/marketing_audit_of_nikes_strategies

Komentar saya :

Saya setuju dengan analisis tersebut karena memang benar bahwa pemerintah harus menciptakan kebijakan ekonomi yang akan mendorong pertumbuhan bisnis, supaya perusahaan yang ada didalam negeri tidak perlu repot-repot mencari investor dari luar negeri. Namun perusahaan juga harus mempertimbangkan akibat dari perekonomian yang sedang terguncang saat ini seperti masalah krisis ekonomi global beberapa saat yang lalu. Karena pertumbuhan perekonomian suatu usaha tidak hanya dipengaruhi dari pihak dalam negeri saja tetapi juga adanya kemungkinan besar dipengaruhi dari pihak luar negeri, apalagi bisnis NIKE adalah tergolong bisnis internasional. Adapun sisi baik dari usaha ini adalah berkembangnya pola pikir masyarakat untuk selalu menjaga kesehatannya dengan berolahraga dan itu berarti membawa dampak baik kepada produsen untuk meraih keuntungan dari hasil penjualan produk olahraganya.

Perusahaan juga harus bisa kreatif untuk memasarkan produk-produknya ataupun mendesain produknya supaya tidak kalah saing dengan perusahaan lain. Sehubungan dengan hal itu maka perusahaan dituntut untuk mengubah sistem IT mereka supaya tidak tertinggal karena kemajuan teknologi yang pesat saat ini. Menarik perhatian konsumen yang akan menjadi tujuan utama suatu perusahaan menciptakan produknya. Karena itu perusahan harus benar-benar bisa menciptakan produk yang unggul ataupun yang sedang diminati konsumen saat ini.