Selasa, 08 Juni 2010

Simposium Nasional Akuntansi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG
SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN, PERSEPSI KETIDAKPASTIAN
LINGKUNGAN, DESENTRALISASI, DAN KINERJA ORGANISASI
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Provinsi NAD)
Fazli Syam
Lilis Maryasih
Universitas Syiah Kuala

Abstract
This research aimed to explain and to predict the relationship and teh impact between Manajement Accounting System, perciept environmental uncertainty, decentalization, and organizational performance. This research re-designs previous researches with full adoption of many kind of model. The redesigning was done by using integrated approaches on the contigency factors, which affect the relationship between user MAS and Organizational Performance. Respondens on this research are managers of manufactured firm in Nanggroe Aceh Darussalam Province. Such division usually integrated on profit- oriented companies, both private-owned and government-owned enterprises. The population spreaded among manufacturing companies, trading and services companies. The results proved that Decentralization and Perceipt Environmental Uncertainty was able to intermediate the relationship between MAS and Organizational Performance.The estimated coefficient of determination is 0.623 which means that the mediating variable are able to explain the relationship between MAS and Organizational Performance, the rest is explained by other factors. This result supports the result of further researcher. The implication for the next research is a research that focus on one research object, for example banking industry. Advancement of information technology is necessity as such banking industry needs to adopt information technology on its information system, meanwhile participation and user satisfaction must be prioritized.
Keywords:

MAS, Perceipt Environmental Uncertainty, Decentralization,
Organizational Perfomance

Kesimpulan :
Dari hasil analisa data dapat disimpulkan, bahwa SAM berhubungan positif dan signifikan dengan Kinerja Organisasi yang dimediasi oleh Persepsi Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi. Ini berarti bahwa untuk meningkatkan kinerja organisasi, maka penggunaan Sistem Akuntansi Manajemen sangat dipentingkan. Pengembangan SAM harus dapat mempertimbangkan faktor Persepsi Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi, guna meningkatkan kinerja organisasi.

Hasil penelitian ini juga merekomendasikan bahwa SAM berupa broad scope dan aggregation harus mendapat perhatian lebih serius dibandingkan faktor kontijensi lainnya. Hal ini disebabkan karena kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi kinerja organisasi yang berkaitan dengan ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi.

Secara ringkas hasil penelitian ini telah mampu menjawab tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu menjelaskan dan memprediksi secara empiris hubungan antara SAM dengan kinerja organisasi dengan mediasi oleh persepsi ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi. Dari hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa penelitian ini sepenuhnya mendukung hasil penelitian sebelumnya.

Keterbatasan dan Rekomendasi Tindak Lanjut
Terlepas dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, peneliti berfikir, penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan dan kekurangan. Keterbatasan tersebut baik yang melekat (controllable) maupun yang tidak melekat (uncontrollable) telah peneliti usahakan untuk ditekan seminimal mungkin. Keterbatasan tersebut terutama disebabkan penggunaan metode survey dan penggunaan kuesioner dengan self rating. Metode survey memiliki keterbatan yang mengancam validitas internal dalam hal pengisian kuesioner. Penggunaan self rating juga menjadi kendali tersendiri, sehingga masing-masing responden bisa saja mempersepsikan lain untuk jawaban setiap item pertanyaan. Namun demikian kendala ini telah dicoba untuk ditekan dengan menciptakan kuesioner yang baik dan menarik dan menyederhanakan bahasa dalam kuesioner. Namun demikian usaha untuk perbaikan masih tetap harus dilakukan, utamanya bagi peneliti yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini. Keterbatasan lainnya, yaitu minimnya objek penelitian, sehingga pada penelitian ini hanya ada dua perusahaan manufaktur yang dijadikan objek penelitian.

Sebagai implikasi bagi penelitian berikutnya adalah dengan melakukan penelitian yang lebih focus dan terarah hanya pada satu objek penelitian, misalnya pada industri sejenis. Hal ini penting dilakukan mengingat kemajuan teknologi informasi pada SAM dan tingkat ketidakpastian lingkungan yang berubah pada dunia industri mengharuskan perusahaan untuk mengadopsi teknologi dalam system informasinya, sementara dipihak lain desentralisasi juga harus diutamakan. Implikasi bagi penelitian berikutnya juga dipentingkan untuk meningkatkan validitas eksternal guna pengeneralisasian hasil.


Sumber :
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:U1JH5lH3QwEJ:https://info.perbanasinstitute.ac.id/makalah/K-AMEN01.pdf+simposium+nasional+akuntansi&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESjVOp9pL1riSadvSTtOPyqcSYzDlC4uvAZr-x8CdeAZ-ifar1ZQxba8_YarCpMJ2ctVCicJoK-ja2mjXZxJHSDNWYm2S5rp42V20Vq603-uci3S55U2U01DdXVSNE3BKpnnoxLq&sig=AHIEtbR2BQoiZ06Bm3iSJOWoh67p5myH0w

jurnal

Rasio keuangan banyak dipakai oleh berbagai penelitian karena rasio keuangan terbukti berperan penting dalam evaluasi kinerja keuangan dan dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupunyang tidak sehat (Chen, 1981). Analisis Laporan Keuangan (Financial statement analysis) terdiri atas aplikasi alat-alat dan teknik-teknik analitis laporan keuangan dan data relevan lainnya untuk menggali informasi yang berfaedah. Analisis laporan keuangan biasanya didasarkan pada laporan keuangan terbitan perusahaan dan informasi ekonomi lainnya tentang perusahaan dan industrinya. Tujuan pokok analisis keuangan adalah memprediksi kinerja yang akan datang. Pengguna informasi keuangan ini adalah pihak intern dan ekstern perusahaan.
Hasil pengujian Rindu Rika Gamayuni ini membuktikan bahwa rasio keuangan yang berbeda signifikan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut adalah rasio rasio net income to total asset (yaitu dua dan tiga tahun sebelum terjadi kebangkrutan), dan rasio total debt to total asset (yaitu pada dua tahun sebelum terjadi kebangkrutan). Artinya rasio net income to total asset dan total debt to total asset dapat digunakan untuk memprediksi terjadiya kebangkrutan perusahaan. Sedangkan rasio sales to total asset tidak dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan karena dari hasil pengujian nilai rasio tersebut tidak berbeda signifikan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut.
Analisis Z-Score Altman merupakan model yang menggunakan rasio keuangan yang mencakup rasio likuiditas perusahaan seperti rasio lancar, rasio leverage perusahaan seperti rasio hutang terhadap modalnya, rasio profitabilitas seperti rasio laba bersih terhadap modal atau akumulasi laba ditahan. Dengan mendasarkan rasio tersebut, Z-score Model Altman berhasil dipergunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok perusahaan yang kemungkinan mengalami bangkrut rendah. Untuk mengatasi keterbatasan analisa rasio tersebut, Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik yaitu analisis diskriminan yang digunakan untuk memprediksi kabangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi, 2003:73).

sumber :
http://lemlit.unila.ac.id/file/JBM-September%20KOMPLIT-11111111111111.pdf
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/metode-altman-z-score-multiple.html